tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tidak pernah mengalami perasaan marah atau kesal yang disebabkan baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Bahkan orang cacat mental pun bisa merasakan nikmatnya kemarahan meski belum tentu dapat dilampiaskan ke orang lain. Dan saya akui saya termasuk dari orang yang cepat merasa marah bila ada suatu hal yang tidak sesuai dengan keinginan atau harapan saya. Hal yang lumrah bagi segelintir orang untuk merasa marah di saat seperti itu, tapi bagi saya hal ini sudah kelewat batas. Betapa tidak, bila rasa marah itu datang, rasanya sangat sulit untuk meredakannya. Hanya ada dua opsi dalam kamus saya sebagai pilihan untuk meredakan hal ini, bila tidak melampiaskan ke orang lain, atau bunuh diri. Dan saya lebih sering memilih opsi nomor 1. opsi nomor 1 pun ada pilihan kembali untuk cara melampiaskan, bila tidak dengan omelah , atau cukup degan diam seolah-olah say seperti sendiri di dunia ini dan yang lain hanya boneka yang bisa bicara. Kedua opsi ini posisinya seimbang karena saya adalah orang yang memiliki intensitas kemarahan cukup banyak, jadi banyak pula pelampiasan yang saya lakukan. Nah, maksud saya kelewat batas di sini adalah bila hal itu saya lakukan selama 1 hari penuh, bahkan higga keesokan harinya. Janganka orang-orang yang menjadi objek kemarahan saya, saya sebagai pelaku utama pun merasa jengah dan jengkel dengan sikap saya kepada mereka.
Sebenarnya saya bukan tidak memiliki obat manjur lagi mujarab untuk menyembuhkan penyakit hati saya, tapi karena penyakit ini sudah terlalu parah dan mendarah daging, jadilah obat-obat tersebut hanya menjadi sekedar obat penenang sementara saja. Salah satu obat penenang saya adalah dengan makan. Makan yang bayak lagi manis di malam hari pula. Itu adalah salah satu cara saya untuk tidak hanya meredam amarah tetapi juga membuat gendut dalam satu malam. Obat lainnya adalah tidur, tidur berjam-jam di magrib hari adalah obat penenang sekaligus cara untuk kabur dari kewajiban saya sebagai muslim. Semua obat mijrab tersebut makin hari makin intens saya lakukan sehingga saya sering berpikir bila hari kiamat tiba, saya akan masuk kriteria orang yang masuk neraka dalam keadaan perut gendut karena sering absen menjalankan shalat magrib tapi ngemil tidak pernah absen sehari[un.
Nah, lewat artikel ini saya hanturkan permintaan kepada yang mau baca (yang tidak mau juga tidak apa-apa) pabila berkenan memberikan sumbangan nasihat dan wejangan (bila berkenan memberikan sumbangan dana juga tidak masalah) apa yang harus saya lakukan dengan kebisaan buruk yang semakin buruk ini. Karena semakin hari saya semakin tidak bisa menahan marah tapi berat badan saya tidak pernah turun karena stress menahan amarah.
Itulah pelajaran saya untuk hari ini
Sekali lagi say ucapkan terima Kasih
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar